BERFIKIR SECARA POSITIF
MENURUT PANDANGAN ISLAM
RSS

BERBUDI BAIK KEPADA ORANG LAIN

Tidak ada cara yang lebih utama untuk menghilangkan kecemasan dibandingkan denagn memberikan suatu kebaikan dan berbuat baik kepada orang lain. Hal ini bukan sekadar nasihat, melainkan fakta nyata yang berkaitan dengan kejiwaan. Ini sudah menjadi ketetapan para pakar kejiwaan.

Bila Anda ingin mengetahui kebenaran teori ini, cobalah sendiri. Cobalah untuk berbuat baik kepada lorang lain dan memberikan amal kebaikan kepada orang lain. Namun dengan syarat pemberian Anda itu sekadar bentuk pelayanan tanpa imbalan materi.
Anda akan melihat dan merasakan betapa menjadi lapangnya hati Anda. Suatu ketika, seorang laki-laki datang mengadu kepada Rasululloh saw. bahwa hatinya menjadi keras. Ia mengadu kepada Rasululloh saw. bahwa ia merasa susah, sedih, dan cemas. Hal inilah yang menyebabkan seseorang itu merasakan bahwa hatinya menjadi keras. Perhatikan apa yang disabdakan oleh Rasululloh saw. kepadanya,
“Usaplah kepala anak yatim dan beri makan orang miskin.”(HR Ahmad dan Baihaqi)
Para pakar kejiwaan mengatakan, “Anda akan merasa bahagia ketika melihat orang lain bahagia. Anda akan merasa bahagia bila Anda menjadi menyebab dari kebahagiaan orang lain.”Theodore Drezr, seorang pakar dari Amerika yang dikenal sebagai sosok atheis pernah mengatakan, “Bila seseorang ingin mendapat kenikmatan hidup hendaknya ia berperanjuga dalam membawa kenikmatan bagi orang lain karena kenikmatan seseorang itu bergantung atas kenikmatan orang lain. Begitu pula kenikmatan orang lain itu tergantung kepada kenikmatan seseorang.”
Orang ini telah menetapkan dari sisi pandang materi saja, yakni dari sisi kebahagiaan dunia saja. Ia menetapkan  bahwa kenikmatan seseorang tergantung kepada kenikmatan orang lain. Lantas bagaimana dengan Anda sedangkan Anda adalah seorang muslim. Tentu Anda mengetahui bahwa memberikan amal baik dan berbuat baik kepada orang lain tidak hanya membawa kenikmatan di dunia saja, melainkan juga akan membawa kenikmatan di akhirat dan kebahagiaan yang abadi.
Hal ini dapat dilakukan misalnya, bila kita memberikan amal baik kepada orang lain, maka akan menjaga seseorang di dunia dari bencana keburukan. Sebagaimana Rasululloh saw. bersabda,
“orang-orang yang gemar berbuat kebaikan terjaga dari bencana keburukan. Ahli kebaikan di dunia merupakan juga ahli kebaikan di akhirat. Dan orang yang pertama kali masuk surga adalah mereka yang ahli dalam kebaikan.”(HR Al-Haakim dan Al-Baihaqi)
Alloh swt. akan menghilangkan kegelisahan seseorang yang gemar membantu sesamanya sewaktu di dunia, juga orang yang gemar menolong orang lain yang kesulitan. Selanjutnya, urusannya tidak hanya begini saja, melainkan balasannya adalah setimpal dengan jenis perbuatannya. Seandainya balasannya memang demikian, tampaknya ini cukuplah sebagai alasan atau sebab untuk berbuat kebaikan. Rasululloh saw. bersabda, yang artinya,
“Siapa yang menghilangkan kegelisahan seorang mukmin dari kegelisahan-kegelisahannya di dunia, niscaya Alloh swt. menghilangkan kegelisahan-kegelisahannya pada hari kiamat. Dan siapa yang memberikan kemudahan kkepada seseorang dari kesulitan, Alloh swt. akan memberikan kemudahan kepadanya di dunia dan di akhirat. Dan Alloh swt. akan memberi pertolongan kepada hamba-Nya selama hamba-Nya itu memberi pertolongan kepada saudaranya…”(HR Muslim dan yang lainnya)
Dengan perbuatan baik dan pertolongan Anda kepada orang lain, Anda akan mendapat ridho dan taufik dari-Nya. Hal ini juga akan menjadi penolong bagi Anda ketika menghadapi urusan-urusan keduniaan, juga menghilangkan diri Anda dari kegelisahan-kegelisahan di akhirat.
Apakah di sana ada karunia yang lebih besar dari semua ini? Orang yang hidup hanya untuk dirinya sendiri, orang tersebut sama sekali tidak dapat merasakan indah dan nikamatnya hidup, sehingga Anda akan melihat orang itu selalu susah dan sedih.
Benar sekali orang yang mengatakan, “Orang yang hidup hanya untuk dirinya sendiri tidak berhak untuk dilahirkan.”
Orang yang hidupnya hanya untuk dirinya sendiri itu menyangka bahwa ia telah membantu dirinya sendiri ketika ia mengumpulkan segala kebaikan untuk dirinya dan melarang dirinya untuk membantu orang lain. Ia menduga bahwa dengan membantu orang lain, akan merugikan dirinya secara materi. Jika kita mengukur secara duniawi, boleh jadi anggapan ini benar, yaitu akan menyebabkan kerugian materi sekadarnya. Akan tetapi, pada hakikatnya, ia tidak mengalami rugi sedikitpun.
Dari sisi pandang materi, Alloh swt. akan memberikan keberkahan kepada rezeki orang yang gemar membantu orang lain. Mengenai sisi perbuatan orang yang gemar membantu orang lain, Alloh swt. akan memberikan pertolongan kepada seseorang yang selalu memberi pertolongan kepada saudaranya. Coba Anda bayangkan bagaimana perasaan orang yang mendapat pertolonagn Alloh swt.
Ini merupakan hal tersendiri. Hal lainnya, sekalipun seseorang telah dirugikan sedikit secara materi, namun perolehan moral yang akan ia dapatkan lebih besar daripada sekadar kerugian materi yang tentunya dapat dihitung. .(dikutip dari buku Adil Fathi Abdullah Membangun Positive Thinking Secara Islam)      

       

  • Digg
  • Del.icio.us
  • StumbleUpon
  • Reddit
  • RSS

0 komentar:

Posting Komentar