BERFIKIR SECARA POSITIF
MENURUT PANDANGAN ISLAM
RSS

BERGAUL DENGAN ORANG YANG SELALU CEMAS

Banyak sekali orang yang cemas yang berteman dengan seseorang yang mengalami hal serupa. Anda akan melihat mereka akan bertukar pikiran mengenai apa yang mereka cemaskan. Terkadang mereka sengaja duduk berkumpul hanya untuk berbagi cerita mengenai kesusahan dan kesedihan yang mereka alami. Sebagaimana disabdakan dalam hadis Rasululloh saw, yang artinya,

“Seseorang itu mengikuti agama temannya, oleh karena itu lihatlah terlebih dahulu siapa yang akan dijadikan teman baginya.”(HR At-Tirmidzi)
Dalam perumpamaan disebutkan bahwa burung mengikuti bagaimana keadaannya. Sungguh, bergaulnya seseorang yang memiliki rasa cemas dengan teman-temannya yang memiliki sifat yang sama akan mengakibatkan kecemasan yang dirasakan orang itu menjadi bertambah. Contohnya, Ahmad merasa cemas karena gaji yang belum ia peroleh, sedangkan ada isu simpang siur yang mengabarkan bahwa nantinya akan terjadi sesuatu.
Ahmad sangat mengkhawatirkan gajinya yang ia bayangkan tidak akan mencukupi kebutuhan. Hal ini tentu sangat mencemaskan baginya. Oleh karena itu, pembicaraan yang ia ucapkan hanya mengenai gaji yang belum ia peroleh. Ketika Ahmad bertemu dengan temannya yang bernama Ali, mereka mulai berbicara mengenai hal itu pula, hingga akhirnya keduanya saling mengungkapkan kecemasan. Mereka telah menghabiskan banyak waktu hanya untuk berbicara mengenai perasaan cemas yang berkaitan dengan masa depan dan yang berkaitan dengan anak-anak mereka. Dengan demikian, keduanya telah saling mencurahkan kecemasan yang dialami satu sama lain.
Setelah keduanya berpisah menuju ke tempat masing-masing, mereka mulai merasa lega, namun hanya sementara karena rasa lega itu timbul akibat keduanya telah saling mencurahkan isi hati mereka. Rasa cemas itu sendiri belum sepenuhnya berakhir. Mereka masih merasa cemas. Alangkah baiknya bila temannya yang bernama Ali ini mau berbuat yang benar dengan tidak menambahkan beban kecemasan yang dialami Ahmad. Seharusnya ia membantunya agar terbebas dari cemas dengan cara mencari solusi bersama-sama untuk mengatasi permasalahan yang sedang mereka bicarakan selama ini.
Bila tidak ada solusi, sebaiknya serahkanlah sepenuhnya kepada Alloh swt. dan jangan terlalu dipikirkan. Karena berpikir mengenai permasalahan yang tidak ada solusinya dan masalah yang menimbulkan rasa cemas, hanya akan membuang-buang waktu.
Oleh karena itu, serahkan saja segala urusan kepada Alloh swt. dan ridholah dengan apa yang akan terjadi atau cari penyelesainnya nanti. Sekarang, alangkah baiknya bila kita tidak menyibukkan dirinya dengan hal-hal yang tidak dapat kita selesaikan. Memiliki sosok teman yang sama-sama memiliki rasa cemas merupakan suatu masalah karena mereka tidak akan membantu kita untuk mencari solusi, akan tetapi justru akan membuat kita merasa kecewa dan menyesal.
Ini merupakan  hal terburuk dalam kecemasan Anda karena akan menghilangkan kebahagiaan Anda dan menjauhkan Anda dari kebahagiaan itu. Hal itu karena adanya perasaan kecewa pada diri sendiri dan selalu membicarakan mengenai nasib buruk adalah merupakan perilaku yang akan menghancurkan kepribadian. Seseorang dengan cara berpikir seperti ini tidak akan menemukan solusi, sekalipun solusi itu sudah ada dihadapannya karena ia hanya memandang titik-titik hitam yang sangat gelap dalam hidupnya dan tidak menghargai kesuksesan yang telah ia capai. Ia justru lebih berkonsentrasi pada hal lain.
Sebagai contoh, apabila orang ini adalah sosok sarjana dan lulus di tahun terakhir masa kuliahnya dengan nilai ”Cukup” ,Anda akan melihat ia tidak bergembira dengan kelulusannya, melainkan terus meratapi nasibnya karena tidak mendapat nilai “Bagus”.
Dengan begitu, orang ini merasa bahwa ia tidak mendapatkan hal-hal yang ia inginkan. Bila orang ini mendapatkan nilai “Bagus”, Anda juga akan melihatnya bersedih karena tidak memperoleh nilai “Bagus sekali” karena baginya nilai itu akan berguna sekali agar ia untuk menempati jabatan tertentu. Begitulah, seseorang selalu memamdang sisi terbaiknya. Berawal dari sana, orang ini akan selalu merasa cemas.
Seandainya ia memandang sisi terbaik atau sisi yang baik saja dalam hidupnya, lalu optimis dengan hal tertentu Anda akan melihat ia menjadi lebih baik dan lebih menyenangkan.
Untuk ini, sebaiknya ia berusaha menghilangkan cara berfikir seperti itu. Sebaiknya ia membebaskan dirinya ddari teman-teman yang gemar merasa cemas karena mereka akan membantunya berfikir dengan cara seperti ini serta mereka tidak akan dapat menunjukkan kepadanya sisi yang paling cemerlang dan paling bersinar dari hidupnya. Ini bukan sekadar nasihat dan bukan sekadar kata-kata hikmah. Ini merupakan obat jiwa dari sekian banyak penyakit jiwa yang ada. Ini juga merupakan hukum untuk membawa kebahagiaan bagi jiwa manusia, bahkan sesungguhnya, perkataan ini merupakan ucapan manusia pilihan, yaitu Nabi Muhammad saw.. Merupakan hal yang sangat penting jika kita memegang teguh sabda  di atas karena jiwa manusia akan menjadi baik bila berpegang  dengan perkataan ini. Rasululloh saw. bersabda, yang artinya,
“Salah seorang dari kalian tidak dikatakan beriman, hingga mencintai saudaranya seperti halnya mencintai dirinya sendiri.”(Muttafaq ‘alaih)
Ketika Anda mencintai saudara Anda seperti Anda mencintai diri sendiri, dada Anda akan terasa lapang, jiwa Anda akan terasa tenang, dan Anda akan merasakan puncak kepuasan. Hanya dengan itulah Anda akan merasakan manisnya iman. Manisnya iman ini tidak dapat dirasakan dengan lisan, melainkan dengan hati. Anda juga akan merasakan kebahagiaan jiwa yang menyeluruh. Tahukah Anda mengapa ini dapat terjadi? Karena kebahagiaan Anda menjadi bertambah, ketika Anda melepaskan diri dari rasa bencidan memenuhinya dengan rasa cinta. Kebahagiaan Anda menjadi bertambah ketika Anda menanggalkan titik-titik hitam. Titik-titik hitam ini bisa berupa rasa dengki, benci, dendam, iri, dan lain sebagainya.
Semua keburukan itu telah mulai berakhir dan berjatuhan ketika Anda mulai mencintai saudara Anda seperti halnya mencintai diri sendiri. Ketika itulah Anda merasakan ketenangan jiwa.
Jika pertanyaannya, mengapa Anda merasa iri kepada saudara Anda? Jawabannya adalah karena Anda lebih mencintai diri sendiri. Anda berharap terjadi suatu kebaikan pada diri Anda dan tidak mengharapkan terjadi pada selain Anda. Ketika Anda mencintai selain Anda seperti halnya mencintai diri sendiri, akan hilanglah rasa iri itu.
Terkadang Anda biasa mengatakan, “Setiap orang lebih mencintai dirinya sendiri.” Iya, memang. Dan saya tidak menginginkan Anda untuk lebih mencintai orang lain daripada mencintai diri Anda sendiri karena derajat seperti ini hanya bisa dicapai oleh segelintir orang saja. Mereka adalah seperti yang termaktub dalam Al-Qur’an, yang artinya,
“…..Mereka mengutamakan(orang-orang Muhajirin), atas diri mereka sendiri sekalipun mereka memerlukan (apa yang mereka berikan itu)….” (Al-Hasyr : 9)
Mereka itu adalah golongan khusus diantara orang-orang mukmin.
Saya hanya meminta kepada Anda untuk mencintai saudara Anda seperti mencintai diri sendiri, serta agar Anda berharap kebaikan itu terjadi pada diri Anda.
Bila Anda lebih mengutamakan kepentingan saudara-saudara Anda seiman  daripada kepentingan diri sendiri sedangkan pada saat itu Anda membutuhkannya, berarti derajat Anda seperti derajat mereka. Bila Anda telah sampai pada derajat itu, berarti derajat Anda menjadi tinggi dan kedudukan Anda menjadi mulia disisi Alloh swt..
Demikianlah yang dilakukan oleh orang-orang besar,”Mereka mengutamakan orang lain atas diri mereka sendiri. Sekalipun mereka memerlukan apa yang mereka berikan itu.” Ketika Anda sampai pada derajat ini, Anda akan merasakan kebahagiaan jiwa yang luar biasa. Berkat curahan rasa iman yang mengalir di urat nadi Anda, akan mengubah jiwa Anda menjadi jiwa yang tenang.
Alloh swt. berfirman, yang artinya,
“…..Dan siapa yang dipelihara dari kekikiran dirinya,  mereka itulah orang-orang yang beruntung.”(Al-Hasyr:9)
Ya, Alloh jadikanlah kami termasuk orang-orang yang mengutamakan orang-orang lain, atas diri mereka sendiri. Sekalipun mereka memerlukan apa yang mereka berikan itu. Tidak ada cara yang lebih utama untuk menghilangkan kecemasan dibandingkan denagn memberikan suatu kebaikan dan berbuat baik kepada orang lain. Hal ini bukan sekadar nasihat, melainkan fakta nyata yang berkaitan dengan kejiwaan. Ini sudah menjadi ketetapan para pakar kejiwaan.
Bila Anda ingin mengetahui kebenaran teori ini, cobalah sendiri. Cobalah untuk berbuat baik kepada lorang lain dan memberikan amal kebaikan kepada orang lain. Namun dengan syarat pemberian Anda itu sekadar bentuk pelayanan tanpa imbalan materi.
Anda akan melihat dan merasakan betapa menjadi lapangnya hati Anda. Suatu ketika, seorang laki-laki datang mengadu kepada Rasululloh saw. bahwa hatinya menjadi keras. Ia mengadu kepada Rasululloh saw. bahwa ia merasa susah, sedih, dan cemas. Hal inilah yang menyebabkan seseorang itu merasakan bahwa hatinya menjadi keras. Perhatikan apa yang disabdakan oleh Rasululloh saw. kepadanya,
“Usaplah kepala anak yatim dan beri makan orang miskin.”(HR Ahmad dan Baihaqi)
Para pakar kejiwaan mengatakan, “Anda akan merasa bahagia ketika melihat orang lain bahagia. Anda akan merasa bahagia bila Anda menjadi menyebab dari kebahagiaan orang lain.”Theodore Drezr, seorang pakar dari Amerika yang dikenal sebagai sosok atheis pernah mengatakan, “Bila seseorang ingin mendapat kenikmatan hidup hendaknya ia berperanjuga dalam membawa kenikmatan bagi orang lain karena kenikmatan seseorang itu bergantung atas kenikmatan orang lain. Begitu pula kenikmatan orang lain itu tergantung kepada kenikmatan seseorang.”
Orang ini telah menetapkan dari sisi pandang materi saja, yakni dari sisi kebahagiaan dunia saja. Ia menetapkan  bahwa kenikmatan seseorang tergantung kepada kenikmatan orang lain. Lantas bagaimana dengan Anda sedangkan Anda adalah seorang muslim. Tentu Anda mengetahui bahwa memberikan amal baik dan berbuat baik kepada orang lain tidak hanya membawa kenikmatan di dunia saja, melainkan juga akan membawa kenikmatan di akhirat dan kebahagiaan yang abadi.
Hal ini dapat dilakukan misalnya, bila kita memberikan amal baik kepada orang lain, maka akan menjaga seseorang di dunia dari bencana keburukan. Sebagaimana Rasululloh saw. bersabda,
“orang-orang yang gemar berbuat kebaikan terjaga dari bencana keburukan. Ahli kebaikan di dunia merupakan juga ahli kebaikan di akhirat. Dan orang yang pertama kali masuk surga adalah mereka yang ahli dalam kebaikan.”(HR Al-Haakim dan Al-Baihaqi)
Alloh swt. akan menghilangkan kegelisahan seseorang yang gemar membantu sesamanya sewaktu di dunia, juga orang yang gemar menolong orang lain yang kesulitan. Selanjutnya, urusannya tidak hanya begini saja, melainkan balasannya adalah setimpal dengan jenis perbuatannya. Seandainya balasannya memang demikian, tampaknya ini cukuplah sebagai alasan atau sebab untuk berbuat kebaikan. Rasululloh saw. bersabda, yang artinya,
“Siapa yang menghilangkan kegelisahan seorang mukmin dari kegelisahan-kegelisahannya di dunia, niscaya Alloh swt. menghilangkan kegelisahan-kegelisahannya pada hari kiamat. Dan siapa yang memberikan kemudahan kkepada seseorang dari kesulitan, Alloh swt. akan memberikan kemudahan kepadanya di dunia dan di akhirat. Dan Alloh swt. akan memberi pertolongan kepada hamba-Nya selama hamba-Nya itu memberi pertolongan kepada saudaranya…”(HR Muslim dan yang lainnya)
Dengan perbuatan baik dan pertolongan Anda kepada orang lain, Anda akan mendapat ridho dan taufik dari-Nya. Hal ini juga akan menjadi penolong bagi Anda ketika menghadapi urusan-urusan keduniaan, juga menghilangkan diri Anda dari kegelisahan-kegelisahan di akhirat.
Apakah di sana ada karunia yang lebih besar dari semua ini? Orang yang hidup hanya untuk dirinya sendiri, orang tersebut sama sekali tidak dapat merasakan indah dan nikamatnya hidup, sehingga Anda akan melihat orang itu selalu susah dan sedih.
Benar sekali orang yang mengatakan, “Orang yang hidup hanya untuk dirinya sendiri tidak berhak untuk dilahirkan.”
Orang yang hidupnya hanya untuk dirinya sendiri itu menyangka bahwa ia telah membantu dirinya sendiri ketika ia mengumpulkan segala kebaikan untuk dirinya dan melarang dirinya untuk membantu orang lain. Ia menduga bahwa dengan membantu orang lain, akan merugikan dirinya secara materi. Jika kita mengukur secara duniawi, boleh jadi anggapan ini benar, yaitu akan menyebabkan kerugian materi sekadarnya. Akan tetapi, pada hakikatnya, ia tidak mengalami rugi sedikitpun.
Dari sisi pandang materi, Alloh swt. akan memberikan keberkahan kepada rezeki orang yang gemar membantu orang lain. Mengenai sisi perbuatan orang yang gemar membantu orang lain, Alloh swt. akan memberikan pertolongan kepada seseorang yang selalu memberi pertolongan kepada saudaranya. Coba Anda bayangkan bagaimana perasaan orang yang mendapat pertolonagn Alloh swt.
Ini merupakan hal tersendiri. Hal lainnya, sekalipun seseorang telah dirugikan sedikit secara materi, namun perolehan moral yang akan ia dapatkan lebih besar daripada sekadar kerugian materi yang tentunya dapat dihitung. (dikutip dari buku Adil Fathi Abdullah Membangun Positive Thinking Secara Islam)      

       


  
    

  • Digg
  • Del.icio.us
  • StumbleUpon
  • Reddit
  • RSS

0 komentar:

Posting Komentar