Sering kali, kita sendirilah
yang membuat rasa cemas terjadi pada diri kita. Juga kita sendiri yang memilih
terjadinya kesusahan dan kesedihan. Bahkan lebih dari itu, mungkin ada diantara
kita yang menyiksa diri dengan peyakit hati pada diri kita. Penyyakit ini tentu
bukan karena virus atau sejenis mikroba, akan tetapi peyakit akibat adanya
kerusakan pikiran dan akibat sedikitnya iman kita kepada Alloh swt.
Salah satu contoh penyakit
tersembunyi ini adalah iri. Orang yang berpenyakit iri, akan lebih menyakiti
dirinya sendiri daripada menyakiti orang lain. Orang yang iri ini akan menyiksa
diri sendiri karena suatu hal yang bukan miliknya.
Ada syair yang berbunyi,
“Alangkah indah dan adilnya
sifat iri itu bila sifat iri sudah mulai menyerang pemiliknya. Selanjutnya
pemiliknya akan dibunuhnya pula.”
Alloh swt. berfirman,
“Ataukah mereka dengki kepada
manusia (Muhammad) lantaran karunia yang Alloh swt. telah berikan kepadanya?
Sesungguhnya Kami telah memberikan Kitab dan Hikmah kepada keluarga Ibrahim,
dan Kami telah memberikan kepadanya kerajaan yang besar.”(An-Nisaa’: 54)
Orang-orang Yahudi sangat
memusuhi orang-orang mukmin. Hal yang mencegah mereka untuk beriman kepada Nabi
Muhammad saw. adalah perasaan iri mereka
kepada Rasululloh saw. karena beliau merupakan orang Arab dan bukan merupakan
keturunan Bani Israel. Selanjutnya, lihatlah bagaimana sifat iri itu
menghancurkan pemiliknya. Mereka menuju ke neraka dan tetap tidak mempercayai
bahwa Rosululloh benar-benar seorang nabi. Mereka juga mengenal siapa
Rosululloh seperti halnya mereka mengenal anak-anak mereka sendiri. Akan
tetapi, karena sifat iri yang masih ada dalam diri mereka, akhirnya mereka
menjadi kafir dan berpaling dari petunjuk Alloh swt.. Alloh swt. tidak
membutuhkan mereka karena Alloh swt Mahasuci, Mahakaya, dan Maha Terpuji.
Lihatlah sekali lagi apa yang diperbuat sifat iri kepada pemiliknya, tak lain
adalah akan membawa menuju kekufuran. Naudzubillah. Untuk itu Rasululloh
saw. telah memperingatkan umat beliau dari bahaya sifat iri. Sebagaimana dalam
sabda beliau,
Yang artinya,
“Waspadalah kalian dari sifat
iri karena iri itu akan memakan
kebaikan-kebaikan sebagaimana api memakan kayu bakar atay
rerumputan(sebagaimana dikatakan dalam riwayat lain).”(HR Abu Dawud)
Beliau juga bersabda, yang
artinya,
“Penyakit umat-umat terdahulu
akan menjalar kepada kalian, yakni
penyakit iri dan saling membenci.
Keduanya adalah pemangkas. Aku tidak mengatakan ini akan memangkas rambut, akan
tetapi ini akan memangkas agama.”(HR At--Tirmidzi)
Hasan r.a. pernah
berkata,”Aku tidak pernah melihat orang yang dzalim, keadaannya seperti orang
yang dizalimi, seperti halnya keadaan orang yang sedang iri yakni berperasaan
terus, selalu bersedih, dan air mata terus menetes tak terhenti.”
Ibnu Mas’ud r.a. pernah
berkata,”Janganlah kalian menentang nikmat-nikmat Alloh swt.” Dikatakan
kepadanya,”Siapakah yang menentang nikmat-nikmat Alloh swt. itu?”Ia menjawab,
”Mereka adalh orang-orang yang iri kepada manusia karena karunia yang Alloh
swt. telah berikan kepadanya.”
Seorang ahli fiqih yang
bernama Mansyur pernah mengatakan,
“Katakan pada orang yang
selalu iri kepadaku, tahukah engkau kepada siapa, engkau telah bertindak tidak
sopan. Engkau telah bertindak tidak sopan kepada Alloh swt. atas ketentuannya
karena engkau tidak rela atas apa yang Alloh swt. berikan kepadaku.”
Ada pula yang mengatakan
bahwa iri merupakan dosa pertama dalam maksiat kepada Alloh swt., baik di
langit maupun di bumi. Jika di langit adalah irinya iblis kepada Adam a.s.,
sedangkan di bumi adalah irinya Qabil kepada Habil.
Seorang laki-laki dari kaum
Quraisy pernah mengatakan, “Mereka telah iri atas kenikmatan yang telah tampak,
selanjutnya mereka menyambarnya dengan kata-kata batil. Bila Alloh swt.
memberikan suatu kenikmatan, kata-kata para penentang nikmat tidak akan berpengaruh pada nikmat-nikmat itu.”
Sifat iri ini telah banyak
terjadi pada kelompok-kelompok masyarakat. Ketika mereka berkumpul, bahan
pembicaraan mereka tak lain hanya seputar nikmat-nikmat Alloh swt. yang
diberikan kepada orang lain. Mereka merasa terbakar dan kecewa atas kondisi
mereka sendiri,yaitu ketika mereka melihat bagaimana Alloh swt. mencukupi orang
lain. Hal ini yang membuat pandangan mereka tidak nyaman. Begitu pula ketika
seseorang diberi sebuah karunia, mereka membiarkan perasaan iri membakar semua
amal-amal kebaikan mereka, dan setelah itu tentu akan memakan niat baik mereka,
lalu menghancurkan jiwa mereka sendiri.
Saudara sesama muslim,
jauhilah sifat iri. Larilah jauh-jauh dari hal itu, seperti Anda lari karena
takut singa. Jangan pernah iri kepada seseorang ang telah Alloh swt. berikan
berikan karunia-Nya. Dengan iri itu,
Anda telah menyalahkan keadilan Alloh azza wa jalla, Alloh swt. Mahatinggi dari
semua itu. Jika Anda iri, maka seakan-akan Anda mengatakan kepada Alloh swt.,
“Engkau telah memberi kepada seseorang yang tidak berhak menerimanya dan Engkau
malah meninggalkanku.”Astaghfirulloh. Apakah Anda ingin Anda sendirilah
yang membagi-bagi rezeki?
Apakah Anda lebih mengetahui
mengenai kondisi makhluk-makhluk Alloh swt. daripada Alloh swt. sendiri?
Jagalah diri Anda dari sifat iri karena dalam iri akan tumbuh dan berkembang
rasa benci antara sesama manusia. Dengan sifat iri ini akan timbul permusuhan,
permasalahan dan peperangan.
Mengapa Anda menyiksa diri
Anda sendiri dan mengapa Anda biarkan kesusahan dan kesedihan menguasai Anda
hanya karena sifat ini? Jangan pernah benci kepada seseorang yang Alloh swt.
telah memberikan kepadanya sebagian dari karunia-Nya. Minta ampunlah kepada
Alloh swt. Dengan begitu, perasaan dan jiwa Anda akan menjadi tenang dan
tenteram. Anda akan terjauh dari rasa cemas, kesusahan, dan kesedihan. Ya Alloh
swt., kami berlindung kepada-Mu dari sifat iri.
0 komentar:
Posting Komentar